Minggu, 04 September 2016

Dakwah Karena Allah Dakwah Untuk Semua

KH Hasan Abdullah Sahal tidak bisa menahan haru pada saat memberi amanah pada Reuni Akbar Alumni Pondok Modern Gontor, Sabtu, 3 September 2016. Beliau sesenggukan di depan panggung, menahan nafas sebentar, merasakan luapan kegembiraan yang luar biasa melihat 11.000 alumni Gontor tumpah ruah di bawah tenda raksasa yang dipasang memanjang dari depan Masjid hingga gedung Saudi.

Beliau senang sekali, sambil berkata: "Antum semua penting, tidak ada yang lebih penting antara satu orang dengan yang lain. Yang datang ke sini semuanya berpikir maksimal. Sudah berhari-hari, berbulan-bulan berpikir agar peringatan 90 tahun Gontor ini berjalan maksimal. Walaupun bukan hadis, saya katakan seperti qaul yang sering kita dengar 'i'mal lidunyaaka kaannaka ta'iisyu abadan wa'mal liaakhiratika kaannaka tamuutu ghadan'. Semuanya nomor satu, tidak ada yang dinomorduakan"

Beliau berpesan agar kita bekerja bukan untuk pencitraan belaka. Kekiaian dan kesantrian tidak perlu digembar-gemborkan. Orang yang tidak punya nama, akan mencari nama. Orang yang tidak punya titel, akan mencari titel. Orang yang tidak punya jabatan, akan mencari jabatan. Kita tidak termasuk itu.

Cukuplah mazahib yang sudah ada selama ini, Syafi'i, Hambali, dan seterusnya. Janganlah ditambah satu mazhab lagi yaitu mazhab jaibiyyah, pocketisme. Baru mau kerja kalau ada amplop. Ngga ada SK beramplop maka ngga mau kerja.

Pak Kiai menegaskan mengapa di Gontor selalu dinyanyikan lagu Indonesia Raya, sebelum Hymne oh Pondokku karena Gontor dan pesantren lain adalah pelaku perjuangan. Sejak zaman penjajahan, pesantren berada dalam garda terdepan untuk berjuang melawan penjajah.

Di sini, memang ada marhalahisme, penggolongan antar periode, yang dipelopori oleh Abu Sittin, alumni tahun 60an. Namun demikian, saat bertemu dalam satu kesempatan semua menjadi cair. Tidak ada lagi sekat-sekat yang membedakan antara satu periode dengan periode yang lain.

Alumni Gontor jika bertemu dengan alumni Gontor yang lain akan hilang semua sekat-sekat. Karena di Gontor diajarkan Fakultas Ukhuwwah Islamiyyah yang bisa jadi tidak diajarkan di Universitas lain. Kalaupun seseorang mempunyai paham lebih banyak Muhammadiyah atau NU, saat bertemu sesama alumni, semuanya mencair untuk kemudian bersatu dalam wadah keislaman. Pernah ada seorang yang sangat fanatik dengan paham Muhammadiyah, pokoknya semua menantunya harus Muhammadiyah. Tetapi ketika yang melamar anaknya alumni Gontor, maka NU-Muhammadiyah itu hilang, walaupun sesungguhnya yang melamar itu lebih dekat dengan NU. Gontor di atas dan untuk semua golongan. Tidak ada Nu tidak ada Muhammadiyah, yang ada mungkin Nahdlatul Muhammadiyah.

Kiai Ahmad Sahal berbeda, Kiai Imam Zarkasyi berbeda, Kiai Zaenuddin Fannanie berbeda. Tetapi yang ditunjukkan adalah perbedaan itu tidak boleh menjadi alasan berpecah belah. Mereka menunjukkan mampu bersatu bahu membahu membangun Gontor yang kita lihat sampai sekarang.

Satu Fakultas lagi yang ada di Gontor dan dicontohkan langsung oleh para pendiri adalah Fakultas Keikhlasan. Mungkin perbedaan para pendiri itu begitu banyak, terkadang keras, tetapi yang menyatukan semuanya adalah KEIKHLASAN. Tanpa keikhlasan, tidak mungkin Gontor bisa solid sampai sekarang.

Maka kita didik anak-anak untuk mandiri. Semuanya dari hasil didikan kita sendiri, agar mereka terbiasa menjadi pemimpin di masyarakat. Masa saya wasiatkan agar alumni Gontor bisa menjadi pemimpin di masyarakat, agar pemimpin bangsa ini di masa depan dipenuhi oleh jiwa kepondokmodernan, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwwah islamiyyah dan kebebasan.

Bebas dalam berpikir, bebas dalam bertindak, asal jangan kebablasan, bukan bebas sebebas-bebasnya karena dibingkai dalam jiwa kepondokmodernan. Jangan sampai anak-anakku menjadi MUSFIR (Muslim tapi Kafir) ataupun MUNTABER (Munafik tapi Berhasil).

Tema peringatan 90 tahun ini adalah mengestafetkan nilai-nilai pondok untuk kemuliaan umat dan bangsa. Kami-kami ini rata-rata sudah 70 tahun. Sekarang ini, praktis kami hanya 30% melakukan tugas-tugas kepemimpinan, dan 70% sudah kami serahkan semuanya kepada para kader. Kita siapkan agar kapan saja kami dipanggil, para kader ini sudah siap.

Begitulah nasihat kiai Hasan itu terngiang, merasuk ke dalam mata hati dan jiwa. Tak terasa air mata saya ikut menitik sambil berbisik pelan, duhai diri, mereka sudah berjuang begitu banyak, apa yang sudah kau berikan untuk umat dan bangsa?

Gontor, 4 Sep 2016

*DAKWAH KARENA ALLAH DAKWAH UNTUK SEMUA*

Cara Membuat Cover Menggunakan Aplikasi Photo Grid

Cara Membuat Cover Menggunakan Aplikasi Photo Grid

Cover yang di maksud di sini, ukurannya lebih kecil dari cover pada umumnya. Jadi gak bisa di gunakan untuk menerbitkan buku betulan. Hanya bisa di gunakan untuk sekedar menulis cerita biasa. Maap Mimi tidak menggunakan gambar untuk menjelaskan langkah-langkahnya. Karena Mimi pakai hp. Gak bisa posting gambar. Maap double yak! :v
Melalui 3 tahapan:
-Pembuatan Bagian Depan
-Pembuatan Bagian Belakang
-Penyatuan
Oke, langsung aja checkit out..!!

**********Tahap 1***********

-Klik foto yang ingin di jadikan cover. Bisa lebihdari satu. Max. 9.

-Pindahkan ke Photo Grid Gaya Bebas.

-Atur tata letak foto sesuai selera (emang makanan? XD).

-Atur background dengan meng-klik icon 'Latar'. Pilih sesuka anda.

-Ketik judul, nama penulis, dan label buku yang di tengah (gak tau namanya) secara terpisah. Khusus untuk label buku, gunakan latar dengan meng-klik icon 'latar' pada pengaturan teks tersebut dan tempatkan secara horizontal/mendatar. Anda juga bisa mengubah gaya tulisan, bayangan, dll di pengaturan tersebut.

-Atur ukuran teks tersebut menggunakan tangan sampai mencapai ukuran yang di inginkan.

-Anda juga bisa menggunakan stiker. Klik icon 'stiker' lalu klikstiker yang anda inginkan. Setelah itu, atur tata letak stiker tadi.

-Setelah semua selesai, klik icon 'simpan' di kanan atas.

***********Tahap 2**********

-Klik sebuah foto.

-Pindahkan ke Photo Grid Gaya Bebas.

-Klik icon 'x' yang ada dikiri/kanan atas foto tersebut.

-Setelah foto lenyap dan background kosong, pilih latar untuk bagian belakang. Saya sarankan untuk menggunakan latar tahap pertama tadi. Supaya kelihatan enak, serasi, dan cocok. Atau bisa gunakan latar gambar. Klik Latar>Gambar>Pilih item.

-Ketik sinopsis dan biografi penulis secara terpisah. Untuk biografi,gunakan latar teks yangberbeda dari latar dasar.

-Jika biografi ingin menggunakan foto, anda bisa meng-klik icon 'tambahkan foto'. Pilih foto dari galeri anda. Lalu atur tata letaknya.

-Untuk menggunakan stiker, klik icon 'stiker'.

-Setelah merasa selesai, klik icon 'simpan'.

**********Tahap 3**********

-Klik cover depan dan belakang yang tadi anda buat.

-Pindahkan ke Photo Grid bagian 'Grid'

-Klik salah satu foto tersebut. Akan muncul pengaturan foto. Cari icon 'rit out' lalu klik. Lakukan hal yang sama pada foto satunya.

-Atur foto agar mempunyai ukuran yang sama. Dekatkan foto secara perlahan. Harus hati-hati. Jangan sampai ada bagian yang terpotong atau ada garis tengah di antara dua cover tersebut.

-Sesudah selesai, klik 'simpan'.

-Crop/Kerat foto tadi agar bagian putih di samping kiri, kanan, atas, dan bawahnya hilang.

TARAA!! Cover sudah jadi!!

Tips tambahan: Anda harus melihat dulu hasildari tahap 3 sebelum menghapus cover depan-belakang yang dibuat pada tahap 1 dan 2. Sehingga jika ada kekurangan, anda bisa mengulangi tahap ketiga dengan lebih telaten.

Terimakasih bagi yang udah baca! Ada pertanyaan? Tulis aja di kotak komentar.

Siklus Kenakalan Anak

*Untuk segenap orang tua*

*Refleksi Luar Biasa* dari Mas Agus Zainal Arifin (Dekan TI ITS dan penggagas Trend Science Tebu Ireng) bagi para orang tua maupun dosen/guru yang untuk sementara waktu berprofesi sebagai pengganti orang tua di rumah. Selamat menghayati dan mengamalkan 👇

*Urutan logika...siklus nakalnya anak dengan tidak bijaknya orang tua itu begini*:

*Karena anaknya nakal...maka orang tuanya murka.*

*Karena orang tuanya murka.. maka Allah juga murka.*

*Karena Allah murka...maka tidak turun rahmat di rumah itu.*

*Karena tidak turun rahmat di rumah itu...maka keluarga itu akan banyak masalah.*

*Karena keluarga itu banyak masalah...maka anaknya...tidak merasakan kebahagiaan dan tidak nyaman...sehingga akan makin nakal.*

*Prinsip inti siklusnya* sebenarnya masih pada orang tua...yakni: 👇

*Ridla Allah...berada pada ridlanya orang tua.*

*Murka Allah...berada pada murkanya orang tua.*

Maka *strategi* paling *efisien* untuk memutus rangkaian siklus itu...Insya Allah ada *pada bagian awal*...yakni *mencegah orang tua murka*... *Bila orang tua segera menghadapi anaknya...dengan kasih sayang dan tidak dengan kemurkaan* ...maka *orang tua itu...menunjukkan kepada Allah...bahwa mereka berdua ridla kepada anaknya...Tentu bukan ridla terhadap kenakalannya.. melainkan ridla kepada diri anaknya.*

Dengan memastikan ridla kepada anak..maka orang tua akan dapat melakukan 3 tahap ini:

*1. Segera memaafkan anaknya...tidak memarahinya sama sekali...dan segera berusaha memahami situasi apa yang sedang dihadapi anaknya.*

*2. Segera menemui...berdialog dan turut mendiskusikan...solusi terbaik apa yang harus diambil oleh anak...orang tua atau pihak lainnya...sambil terus mendoakannya.*

*3. Segera melupakan segala kesalahan anaknya tadi...dan tidak mengungkit-ungkitnya kembali.*

وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

*"Bila kalian memaafkannya...menemuinya dan melupakan kesalahannya...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.* (QS 64:14).

Dengan *konversi murka* menjadi *ridla*...maka sekarang siklusnya jadi begini 👉 *Suatu hari anak itu nakal...Orang tuanya...segera melakukan 3 tahap itu...dengan penuh kasih sayang...sebagai wujud keridlaan mereka kepada anaknya.*

*Karena orang tua anak itu ridla...maka Allah meridlainya.*

*Karena Allah meridlainya...maka rumah yang penuh ridla itu...dirahmati Allah.*

*Karena rumah itu penuh rahmat Allah...maka keluarga itu penuh kasih sayang...sehingga jadi makin bahagia.*

*Karena keluarga itu bahagia...maka anak tidak akan sempat lagi nakal...sebab setiap masalah hidupnya selalu segera mendapat solusi.*

*Jadi...pada setiap kenakalan anak (mohon maaf)...lokasi perbaikannya...sesungguhnya bukan pada anak...melainkan pada orang tuanya si anak...*