Jumat, 03 Juni 2016

Pesan KH. Hasan Abdullah Sahal

Pesan KH. Hasan Abdullah Sahal

📝 Kata-kata 'istighna’ dalam bahasa jawanya, berarti “ora butuh”. Merasa cukup, merasa kaya, merasa tidak memerlukan. Bila dikaitkan dengan surat Al-‘Alaq. Kadang orang membaca surat tersebut hanya sampai ayat kelima. Kalla (كلا) adalah peringatan,  tanbih lima qablaha. I’lam! Inna insana layathgha. Merasa sudah tahu, sudah kaya, sehingga ndak butuh Allah, ndak butuh Rasul, ndak butuh bermasyarakat.

📝 Karena sekarang, egoisme bangsa kita sudah sangat besar. Merasuk di seluruh aspek rakyat Indonesia, baik golongan atas, tengah, dan bawah. Banyak kejahatan yang muncul. Kejahatan apa yang belum ada di Indonesia? Pencurian bagasi, anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak, bunuh diri satu keluarga, kemaksiatan merajalela dimana-mana.

📝 Banyak orang mengaku kalau dia bermaksiat, seakan-akan itu adalah hal yang biasa. 'Al-mujahir', orang yang berterang-terangan dalam bermaksiat. Seorang artis untuk menjadi profesional, harus menanggalkan unsur agama. Agama hanya menjadi halangan bagi seorang artis untuk berperan dalam film secara maksimal.

📝 Gunung Semeru, Bromo, Sinabung, Merapi meletus, banjir, kebakaran, tabrakan, longsor, menandakan bahwa alam sudah muak dengan kemaksiatan manusia. Namun, itu bukan tanda bahwa kiamat sudah dekat. Tanda-tanda kiamat masih jauh, selama asma Allah masih disebut oleh umat manusia. Dari tanda-tanda datangnya kiamat adalah tidak ada orang yang menyebut asma Allah, sama sekali. Karena kalah dengan fitnah Dajjal. Karena begitu besarnya maksiat. Hingga “ujug-ujug” matahari terbit dari barat. Kiamat akan muncul tiba-tiba -bakhtatan- sehingga tidak mungkin bagi umat manusia untuk bersiap dan bertaubat.

📝 Jangan istighna’! Jangan merasa cukup dengan amalan kita! Jangan merasa tidak perlu bertaubat! Jangan merasa tidak butuh nasihat dan ceramah!

📝 Kita benar-benar dijajah. Penjajahan sudah merambah ke pelosok-pelosok desa. Dengan HAM dan toleransi yang kebablasan, kita dipaksa untuk menanggalkan adat istiadat, sakral, sopan santun, dan agama. Ada Grand Design di belakang ini semua yang dikendarai oleh PKI, Yahudi, dan Zionisme.

📝 Taufik Ismail, merasa berada di luar negeri ketika berjalan-jalan di salah satu pasar di Jakarta. Karena disana-sini tertulis Bahasa Asing. Merasa bahwa keagungan Bahasa Indonesia sudah tergerus dengan Bahasa Asing.

📝 Buka mata, buka telinga, buka hati, sehingga tidak terseret kesana-kemari. Sehingga tidak istighna’. "Kullu ummati mu’afa illa mujahiriin."

📝 Zaman sekarang; Bila ada orang tua melihat gadis mengenakan pakaian minim. Pada zaman ini, yang diolok-olok adalah orang yang melihat, bukan si gadis.

📝 Ketika ada seorang gadis cantik menaiki bis umum, namun dia berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. Kemudian dipersilahkan duduk oleh salah seorang penumpang laki-laki. Bagaimana pandangan orang-orang, apakah mereka berburuk atau berbaik sangka?

📝 Jumlah manusia semakin banyak, sedangkan dunia tidak meluas, justru menyempit karena banyaknya manusia. Oleh karenanya, kamu harus punya keterampilan, punya keunggulan, punya kebanggaan, sehingga tidak kalah bersaing dengan yang lainnya. Jangan istighna’

📝 Derajatmu, adalah apa yang kamu kerjakan ketika kosong. Jangan menilai orang ketika dia bertugas di kantor, tapi nilailah seseorang ketika dia berada dalam kekosongan.

📝 Keadaan seperti apa yang kamu pilih?
a. Orang miskin, namun dianggap kaya oleh masyarakatnya,. Sehingga tidak pernah disantuni dan dibantu.
b. Orang kaya, namun dianggap miskin oleh masyarakatnya. Sehingga sering dibantu dan disantuni.

Janganlah menjadi seperti orang b. Karena sejatinya dia mati dengan timbunan bantuan.

* Pimpinan Pondok Modern Gontor, disampaikan saat pertemuan kamisan, 7 Januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar