Senin, 30 Mei 2016

Sensory Play untuk Balita

Anak takut berada di tempat baru? Enggan bermain kotor-kotoran? Pendiam atau malah terlalu aktif?
Yuk kita ajak anak bermain sensori. Istilah sensory play barangkali baru dikenal akhir2 ini ya, apa sih sebenarnya sensory play itu? Apa manfaatnya? Apa perananannya dalam perkembangan anak?

Apa sih yang dimaksud dengan "Sensory play"? Mungkin belum semua orang familiar dengan istilah ini ya...

Sensory play berasal dari kata sense dan play. Kata sense atau yg lebih sering disebut dengan indera, adalah 5 indera manusia yg terdiri dari: penglihatan (mata), penciuman (hidung), pendengaran (telinga), perabaan (kulit) dan perasa/pengecapan (lidah), serta ditambah dengan pergerakan (proprioseptif: otot dan sendi) serta keseimbangan (vestibular: telinga bagian dalam). Kata play yg memiliki arti bermain. Sehingga sensory play adalah permainan yang mendorong anak-anak untuk menggunakan satu indera atau lebih, misalnya permainan mengejar cahaya, main tebak suara, main mencium beragam bau, main lompat-lompat mengikuti garis, main pasir dan air, dan sebagainya.

Anak berkembang bukan karena faktor genetik saja, tetapi juga karena stimulus lingkungan. Ketika stimulus lingkungan terjadi, dan masuk ke dalam otak, kemudian diproses sedemikian rupa oleh sistem syaraf pusat yg akan menghasilkan sebuah sensasi dan sensasi tersebut yg mendorong agar indera-indera anak bergerak memberikan respon pada stimulus tadi. Semakin banyak stimulus yg diberikan, semakin banyak anak mendapatkan pengalaman. Setiap stimulus yg diberikan akan menghasilkan respon yang berbeda. Tugas orang tua adalah untuk memfasilitasi anak mendapatkan pengalaman-pengalaman itu agar bank data di otak anak semakin banyak dan beragam.

Level of Arousal
adalah keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap sebuah rangsangan. Ini melibatkan aktivasi sistem retikuler pengaktif di batang otak, sistem saraf otonom dan sistem endokrin, yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah dan kondisi kewaspadaan sensorik, mobilitas dan kesiapan untuk merespon. Level of arousal terdiri dari beberapa tingkatan :
1. Slow
2. Just right
3. Fast

Pernah menonton film Winnie the Pooh? Ada tokoh Eeyore yg lambat dalam merespon sesuatu (slow), ada juga Tiger yg tidak mampu mengendalikan diri (fast/high) dan tokoh pooh yg tepat utk menggambarkan level just right, tenang dan siap adalah kondisi optimal otak. Tujuan dari sensory play adalah menetapkan anak pada level 'just right' agar anak tetap tenang ketika merespon suatu stimulus.

Kenapa Sensory play perlu?
Piramida belajar :
7. Central Nervous System (sistem syaraf pusat) bertugas mengolah input input yg diterima melalui indera sehingga bisa menghasilkan output berupa respon.
6. Sensory System (sistem indera) sistem ini seperti perantara bagi otak, sehingga stimulasi yg masuk dari luar dan dalam tubuh dapat disampaikan dengan baik ke otak. Apabila sistem ini kacau, maka otak akan kesulitan memproses informasi dari stimulasi yg masuk, atau bahkan data2 tersebut tidak dapat masuk sama sekali ke otak.
5. Body awareness dan motor planning, pada level ini terjadi koordinasi antara sensori (indera) dengan motorik (gerak) misalnya keseimbangan, perencanaan gerak atau koordinasi antara kedua tangan.
4. Eye and hand coordination + postural adjustment, pada level ini anak akan mampu untuk mencerna atau memahami sesuatu, anak dapat mempertahankan atensi, kontak mata, koordinasi mata-tangan.
3. Fokus, konsentrasi, kombinasi kerja antar indera yg sudah terasah baik.
2. Daily living behavior, anak dapat belajar mandiri, berperilaku baik serta melakukan aktifitas secara mandiri.
1. Kesiapan akademis, semua berpuncak pada kemampuan anak utk belajar secara maksimal.

Masing-masing orang mempunyai kapasitas sensor yg berbeda beda. Pada umumnya orang dewasa mampu membedakan mana yg mereka sukai atau yg tidak mereka sukai, mana yg mereka bisa atau tidak. Lain halnya dengan anak-anak, yg belum tau batasan antara suka atau tidak, mana yg mereka mampu lakukan mana yg tidak. Tugas orang tua adalah memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya agar anak mengetahui kemampuan dirinya. Contohnya, tenaga yg dikeluarkan utk mengangkat sebuah pot berisi tanaman tentulah berbeda dengan tenaga yg digunakan utk mengangkat sebuah pinsil. Orang dewasa
mampu membedakan mana yg mereka sukai atau yg tidak mereka sukai, mana yg mereka bisa atau tidak. Lain halnya dengan anak-anak, yg belum tau batasan antara suka atau tidak, mana yg mereka mampu lakukan mana yg tidak. Tugas orang tua adalah memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya agar anak mengetahui kemampuan dirinya. Contohnya, tenaga yg dikeluarkan utk mengangkat sebuah pot berisi tanaman tentulah berbeda dengan tenaga yg digunakan utk mengangkat sebuah pinsil. Orang dewasa mungkin paham diantara 2 aktivitas itu mana yg menggunakan tenaga lebih besar, mana yg menggunakan tenaga kecil. Namun, kondisi balita belum stabil layaknya orang dewasa, sehingga ada beberapa balita yg memegang gelas berisi air kemudian tumpah. Oleh karena itu, mereka butuh pengalaman sebanyak-banyaknya sehingga mereka puas bereksplorasi.

Manfaat bermain sensori :
1. Melatih perkembangan otak
Cara kerja otak : semakin banyak informasi/pengalaman yg diberikan, semakin lengkap dan banyak bank data yg tersimpan. Otak semakin distimulasi maka akan semakin kokoh, sebaliknya jika tidak dilatih otak akan kurang bekerja.

2. Melatih regulasi diri
Tujuan yg diharapkan adalah menempatkan anak pada just right state, dimana anak pada level ini lebih tenang dan siap utk menerima stimulasi.

3. Meningkatkan bonding
Ketika orang tua menemani dan bermain bersama anak, saat itu pula orang tua sendang membangun ikatan batin dan kedekatan bersama buah hati.

4. Membantu perkembangan bahasa, motorik halus kasar, kognitif, sosial emosional, dan kreativitas.

5 Prinsip dasar belajar sensori :
1. Mulai dari yang disukai anak
Terkadang orang tua bingung, mau mulai bermain dari mana? Awali permainan sensori dengan yg disukai anak, maka anak dengan mudah menerima ajakan bermain tersebut.

2. Pemberian struktur
Jika anak sudah mulai mau diajak bermain, ibu bisa lebih mempersulit atau memberikan tantangan lebih pada permainan tersebut.

3. Invitation to play
Ketika mengajak anak bermain, orang tua tidak bisa memaksakan bahwa sang anak harus bermain permainan yg telah disiapkan sampai selesai. Tunggu sampai anak siap dan mau, kita tidak bisa memaksa.

4. Tidak mudah menyerah
Jika hari ini anak tidak mau mencoba permainan yg sudah disiapkan, maka coba lagi lain waktu. Mungkin saja pekan depan ia sudah mau mencoba kembali.

5. Fleksibel dan fokus
Dalam mengajak bermain jangan terlalu kaku, santai saja dan lakukan dengan fokus agar hasil menjadi lebih maksimal.

Kegiatan dalam bermain sensori :
Visual : Semua aktivitas yg berkaitan dengan indera penglihatan, misal permainan yg penuh dengan warna, bentuk, ukuran dsb.
Auditori : Semua aktivitas yg berkaitan dengan indera pendengaran, misal membedakan bunyi beras dalam botol dengan beras dalam kaleng, dsb.
Tactile : Semua aktivitas yg berkaitan dengan indera peraba (tangan), misal bermain pasir, air, biji-bijian, waterbeads, pompom, dsb.
Smell and Taste : Semua aktivitas yg berkaitan dengan indera penciuman dan pengecapan, misal semua yg berhubungan dengan sesuatu yg berbau atau yg berasa ketika dimakan.
Vestibular & Proprioseptif : Semua aktivitas yg berkaitan dengan indera gerak dan keseimbangan, misal bermain balok titian, melompat, berlari, dsb.

Kesimpulan :
1. Sensory play sangat penting utk menunjang kesiapan belajar anak.
2. Memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman kepada anak utk mengisi bank data dalam otaknya.
3. Meningkatkan bonding antara orang tua dan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar